Tradisi Unik Yang Hanya Dilakukan Oleh Suku Asmat

indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, terdiri dari 17.504 pulau yang membentang dari ujung Sabang hingga Merauke. Tak heran bila di Indonesia terdapat begitu banyak suku bangsa, bahasa dan agama. Namun dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika semua perbedaan-perbedaan itu dapat dijadikan sebagai sumber kekuatan bangsa. Terdiri dari banyak suku bukan menjadi alasan untuk bercerai-berai justru perbedaanlah yang menjadi penyatu. Satu dari sekian banyak suku yang ada di Indonesia adalah Suku Asmat.

Suku Asmat merupakan salah satu suku besar yang mendiami wilayah Indonesia, tepatnya berada di Papua, Irian Jaya. Nama Asmat didapat dari kata As-Akat yang berarti orang tepat. Atau definisi lain adalah Osamat yang memiliki arti rumah pohon. Populasi Suku Asmat terbagi menjadi dua menurut tempat tinggalnya, yang pertama bertempat tinggal di pesisir pantai dan yang kedua mendiami wilayah pedalaman Papua. Bukan hanya berbeda dalam hal tempat tinggal mereka juga punya perbedaan pada cara hidup, dialek, struktur sosial dan ritual yang dijalani. Selanjutnya populasi Suku Asmat di pesisir dibedakan lagi menjadi dua bagian, antara Sungai Nin dan Sungai Sinesty berdiam suku Bisman dan yang kedua Suku Simai. Jumlah penduduk suku ini kurang lebih ada 70.000 jiwa. Suku terbesar yang mendiami wilayah Papua ini memang terkenal akan ukiran kayunya yang indah dan unik. Bagi penduduk setempat seni ukiran kayu menjadi perwujudan untuk mengenang arwah para leluhurnya pada suatu ritual. Selain itu mengukir kayu adalah kegiatan sebagai sarana untuk berinteraksi dengan leluhur.

Beberapa tradisi unik Suku Asmat yang tidak dilakukan oleh suku lain

Keunikan Suku Asmat yang pertama terletak pada cara suku ini menghormati kepala sukunya yang telah meninggal. Bila kepala adat atau kepala suku mereka meninggal, maka jasadnya akan disimpan dalam bentuk mumi. Proses mumifikasi dilakukan dengan memberikan ramuan alami dengan selanjutnya diletakkan diatas perapian. Tujuan dari perapian ini adalah untuk membuat jasad terkena asap dan akan menghitam seiring berjalannya waktu. Biasanya jasad diletakkan dengan posisi duduk, hal unik lainnya adalah jasad ini nantinya akan dipajang di depan joglo. Namun proses ini hanya bila orang tersebut merupakan kepala suku karena jika orang biasa jasadnya akan dikubur. Tradisi pemotongan ruas jari berlaku bagi suku ini ketika ada kerabat yang meninggal. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk bela sungkawa atas meninggalnya seseorang tersebut.

Tradisi unik Suku Asmat yang lain adalah ketika seorang wanita harus menyusui anak babi hingga berusia lima tahun. Hal ini sudah dilakukan secara turun-temurun sehingga bukan merupakan hal yang asing lagi bagi penduduk Suku Asmat. Bertempat tinggal di alam bebas membuat suku ini sangat bersahabat dengan alam tidak heran bila masih ada diantara mereka yang tinggal di pohon yang disulap menjadi sebuah rumah tinggal. Selain itu, suku ini sering mengadakan pesta yang bertujuan untuk menyelamatkan orang yang masih hidup dari gangguan-gangguan roh halus yang meninggal. Karena mereka percaya bahwa orang yang telah meninggal akan mengganggu orang yang masih hidup. Gangguan tersebut bisa berupa bencana, penyakit atau bahkan peperangan. Pesta yang digelar antara lain adalah pesta patung bis atau bioskokombi, pesta topeng, pesta perahu dan yang terakhir pesta ulat-ulat sagu.

Tradisi unik lainnya adalah upacara bis, upacara bis merupakan tradisi penting yang berhubungan dengan pengukiran patung leluhur (bis) apa bila diminta oleh keluarga yang bersangkutan. Upacara ini dulunya merupakan upacara yang dilakukan bila ada suatu anggota keluarga yang dibunuh, maka kematian itu harus dibalas dengan cara balas membunuh anggota keluarga dari pihak pembunuh.

Leave a Reply