Legenda Batu Menangis : Cerminan Anak Durhaka

Legenda batu menangis. Cerita rakyat yang tak lekang oleh waktu. Dari zaman SD sampai sekarang cerita ini masih sering terdengar akrab ditelinga, bahkan sering juga diangkat di layar kaca. Cerita yang sering kita dengar mengenai anak yang durhaka ini memang selalu berhasil membuat kita meneteskan air mata. Bagaimana tidak meneteskan air mata jika kita mendengar cerita mengenai sosok seorang ibu yang sudah tua namun masih tetap berjuang menghidupi anaknya sedangkan anaknya yang dihidupi tidak ada rasa terimakasih sama sekali, bahkan membalasnya dengan kejahatan, sungguh benar peribahasa air susu dibalas dengan air tuba. Nah, tentu kita semua tidak mau kan menjadi anak yang tidak berbakti terhadap ibu kita, karena surga kita juga di telapak kaki ibu kita. Nah, agar kita selalu bisa menjadi anak yang berbakti, maka di artikel ini akan saya ulas mengenai cerita batu menangis dengan lengkap, simak baik-baik ya!

Sejarah batu menangis

Begitulah cerita ini dikenal orang, cerita mengenai seorang janda yang hidup dengan anak perempuannya. Cerita ini berasal dari pedalaman Kalimantan tepatnya di kampung Bayur. Penduduk kampung Bayur bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Dengan mata pencaharian tersebut mereka bisa membangun rumah serta mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahu hingga suatu ketika terjadilah musibah kebakaran di kampung Bayur. Kebakaran tersebut membuat rumah penduduk terbakar habis tak bersisa. Terjadinya kebakaran membuat penduduk takut untuk tinggal di kampong Bayur dan memutuskan untuk berpindah ke kota. Namun tidak semua penduduk pindah ke kota, sebagian dari mereka yang tidak bisa melepaskan pekerjaannya sebagai petani dan nelayan tetap bertahan di kampung Bayur. Salah satu dari penduduk yang tetap tinggal di kampung bayur tersebut adalah seorang perempuan dengan seorang anak perempuannya. Perempuan tersebut adalah seorang janda karena suaminya telah meninggal dunia.

Hidup harus terus berjalan, seperti cerita batu menangis meskipun harus bekerja sendirian dan menghidupi seorang anak tidak membuat janda tersebut lantas pasrah dan menyerah pada nasib. Seorang janda tersebut setiap hari pergi ke ladang agar ia tetap bisa bertahan hidup. Semakin lama janda tersebut beranjak tua, namun anak perempuannya tetap tidak peduli akan kondisi orang tuanya, setiap hari ia hanya mempercantik diri, meminta uang untuk membeli baju dan keperluan kecantikannya tanpa memperhatikan kondisi orang tuanya. Hingga tiba waktunya ia minta dibelikan bedak serta memaksa ibunya untuk menuruti keinginannya.

Sang ibu yang sangat sayang kepada anaknya akhirnya menuruti perintahnya, mereka berdua pergi ke pasar. Namun kepahitan malah menimpa janda tersebut, dalam perjalanan menuju pasar ketika orang-orang bertanya siapakah perempuan tua itu sang anak tidak mengakui bahwa dia adalah ibunya. Sang anak malu mengakui bahwa itu adalah ibunya dikarenakan ibunya hanya memakai pakaian compang-camping sedangkan ia sendiri sangat cantik dan mempesona. Hingga akhirnya sang ibu tak tahan mendengar jawaban yang sama berulang-ulang sambil menahan tangis dalam hati ia berkata “ya Tuhan anakku telah durhaka kepadaku, berilah hukuman untuknya, hukumlah dia”. Tuhan yang maha pengasih mengabulkan permintaan janda tersebut. Doanyapun dikabulkan, sedikit demi sedikit tubuh anak perempuan itu berubah menjadi batu. Dengan sangat menyesal atas kedurhakaannya terhadap ibunya sang anak menangis memohon ampun. Namun nasi telah menjadi bubur, permintaan maaf tidak bisa mengubah keadaannya, seluruh tubuh anak perempuan tersebut berubah menjadi batu namun ia masih tetap bisa menangis, orang-orang yang berjalan dan melihatnya menyebutnya batu menangis. Hingga kini cerita tersebut dikenal dengan legenda batu menangis.

Nilai moral legenda batu menangis

     Legenda batu menangis mengajarkan kepada kita bahwa sebuah musibah bukanlah sebuah akhir dari kehidupan. Batu menangis mengajarkan kepada kita bahwa dengan adanya musibah kita harus tetap berusaha melanjutkan hidup dan tidak boleh pasrah begitu saja.

     Batu menangis memperlihatkan kepada kita bahwa kasih sayang seorang ibu sangat tulus dan tak terbatas, bagaimanapun keadaan menimpa, seorang ibu akan terus berjuang demi kebahagiaan anaknya.

     Melalui cerita di atas, kita bisa melihat bahwa Allah selalu mengabulkan doa orang tua terutama seorang ibu yang dianiaya oleh anaknya, karena doa ibulah yang akan mengantarkan kita menjadi sukses kedepannya.

Setelah kita melihat sejarahnya serta nilai moral dari cerita tersebut, maka sekarang waktunya kita untuk selalu menjadi anak yang berbakti kepada orang tua terutama ibu kita. ingat ibu kita yang sudah melahirkan kita dengan taruhan nyawa, sudah membesarkan kita dengan kasih sayang sepanjang masa serta ibu kita yang selalu mendoakan kita agar menjadi yang terbaik, masa iya kita tega mencaci maki ibu kita jangan sampai kita mendapatkan musibah hanya karena kita durhaka seperti cerita legenda batu menangis.

Leave a Reply